8 Bahaya Teknologi AI untuk Anak Sekolah dan Mahasiswa

Anggi Novita Sari

Bahaya Teknologi AI untuk Anak Sekolah dan Mahasiswa
Bahaya Teknologi AI untuk Anak Sekolah dan Mahasiswa

Kadjiro – Kecanggihan teknologi kecerdasan buatan (AI) kini semakin merambah ke dunia pendidikan. Mulai dari menjawab soal, membuat esai dan merancang presentasi, AI menjadi alat bantu yang kini semakin sering digunakan oleh anak sekolah dan mahasiswa. Namun dibalik kemudahan tersebut, ada sejumlah ancaman yang harus diwaspadai. 

Penggunaan AI tanpa pedoman dan pemahaman yang tepat bisa menimbulkan dampak negatif. Mulai dari menurunnya kemampuan berpikir kritis hingga hilangnya etika akademik, bahaya AI bagi pelajar tidak bisa dianggap remeh. Bahkan, tidak sedikit mahasiswa yang menyalin hasil kerja AI tanpa penyuntingan sama sekali. Untuk lebih jelasnya, yuk simak ulasan selengkapnya di bawah ini. 

Bahaya Teknologi AI untuk Anak Sekolah dan Mahasiswa 

Berikut adalah beberapa bahaya teknologi AI untuk anak sekolah dan mahasiswa: 

  1. Penyalahgunaan untuk Mencontek atau Plagiarisme 

AI memudahkan para pelajar untuk menyalin jawaban atau karya tanpa usaha sendiri. Masalah ini bisa meningkatkan praktik mencontek dan plagiarisme, bahkan tanpa disadari. Untuk jawaban juga bisa mirip satu sama lain. Akibatnya, nilai yang didapatkan tidak mencerminkan kemampuan asli pelajar. 

  1. Para Pelajar Bisa Kehilangan Etika Belajar 

Ketika pelajar terlalu bergantung dengan AI, nilai moral seperti kejujuran, tanggung jawab dan kerja keras bisa terabaikan. Mereka juga bisa merasa bahwa mencari jalan pintas merupakan hal wajar. Dampaknya bisa berpotensi merusak karakter dan moral di masa depan. 

  1. Resiko Kesalahan Informasi yang Menyesatkan 

AI tidak selalu memberikan jawaban yang benar dan akurat. Apabila pelajar menerima informasi dari AI tanpa melakukan verifikasi, mereka bisa salah memahami suatu topik. Penggunaan AI tanpa verifikasi data fakta bisa beresiko menciptakan pemahaman keliru dan sulit diperbaiki. Sedangkan, kita ketahui AI bisa memberikan jawaban halusinasi dan mengarang, terlebih untuk pertanyaan yang dianggap terlalu asing dan kurang umum. 

  1. Ketergantungan dan Menurunnya Kemampuan Berpikir Kritis 

Anak sekolah dan mahasiswa sudah akrab dengan ChatGPT, Gemini dan Grok dalam menyelesaikan tugas akademik. Akan tetapi, penggunaan AI secara terus-menerus bisa membuat pelajar terbiasa menerima jawaban instan tanpa berpikir terlebih dahulu. Akibatnya, kemampuan untuk menganalisis, memahami konsep dan memecahkan masalah bisa melemah. Di dalam jangka panjang, tentunya ini bisa menghambat perkembangan intelektual alami. 

  1. Adanya Ketimpangan Akses Teknologi di Ranah Sosial 

Tidak semua pelajar mempunyai akses ke perangkat dan internet yang mendukung penggunaan AI. Masalah ini bisa saja menciptakan kesenjangan antara pelajar yang mempunyai fasilitas digital dan yang tidak. Penggunaan AI di pelosok daerah yang tidak memiliki akses internet memadai tentu akan menjadi masalah tersendiri. 

  1. Privasi dan Keamanan Data Masih Jadi masalah AI 

Isu keamanan sering menjadi perhatian di era digital saat ini, bahkan sebelum era kecerdasan buatan. Ada beberapa platform AI menyimpan data yang diketik pengguna tanpa sepengetahuan mereka. Jika pelajar tidak waspada, informasi pribadi atau akademik mereka bisa disalahgunakan. Pelanggaran privasi juga bisa menjadi ancaman serius terhadap keamanan digital

  1. Menimbulkan Gangguan dalam Proses Belajar Tradisional 

Di era serba AI, guru dan dosen kesulitan menilai keaslian tugas jika pelajar menggunakan AI tanpa transparansi. Ini tentunya mengganggu proses evaluasi yang seharusnya mencerminkan pemahaman nyata siswa. Lebih parahnya lagi adalah bisa menyebabkan kebingungan dan merugikan berbagai pihak, termasuk pengajar. 

  1. Menurunnya Kreativitas dan Inisiatif Pelajar 

AI seperti Grok dan ChatGPT bisa menyusun teks, ide atau desain dengan cepat. Otomatis perihal tersebut membuat pelajar tidak merasa harus berpikir kreatif. Dampaknya adalah pelajar bisa gagal dalam mengembangkan ide aslinya. Dalam jangka panjang, dampak tersebut bisa menghambat inovasi. 

Penggunaan AI di dunia pendidikan memang menawarkan kemudahan, tapi dampak negatifnya bisa sangat serius jika tidak dikelola dengan baik. Survei global UNESCO melaporkan bahwa pada tahun 2023, kurang dari 10% sekolah dan universitas di seluruh dunia sudah mempunyai kebijakan atau pedoman formal perihal penggunaan AI generatif. Sebenarnya, AI bisa dilihat sebagai pendukung kreativitas dan pembelajaran, bukan sebagai alat pintas yang merugikan pengembangan intelektual manusia. Semoga membantu dan bermanfaat! 

Also Read

Bagikan:

Tags

Tinggalkan komentar