5 Risiko Berbahaya Menggunakan Aplikasi Stalkerware

Anggi Novita Sari

Risiko Berbahaya Menggunakan Aplikasi Stalkerware 
Risiko Berbahaya Menggunakan Aplikasi Stalkerware 

Kadjiro – Di era digital yang semakin canggih seperti sekarang, privasi pribadi menjadi taruhan yang kian rapuh, terutama dengan maraknya aplikasi stalkerware yang tersedia di internet. Kaspersky mencatat, pada tahun 2023 ada lebih dari 31.000 pengguna ponsel di seluruh dunia menjadi korban aplikasi stalkerware, perangkat lunak tersembunyi yang dirancang khusus untuk mematai-matai aktivitas seseorang tanpa sepengetahuan mereka. 

Aplikasi ini sering dipasarkan sebagai alat untuk memantau anak maupun pasangan. Tapi dibalik itu, pengembang aplikasi mampu mencuri data sensitif seperti pesan, lokasi dan kata sandi yang kemudian jatuh ke tangan orang yang salah. 

Lalu, apa saja risiko lain yang akan didapat dari ancaman berbahaya tersebut? Yuk, simak ulasan selengkapnya di bawah ini. 

Risiko Berbahaya Menggunakan Aplikasi Stalkerware 

Berikut adalah 5 risiko berbahaya menggunakan aplikasi stalkerware:

  1. Data Pribadi Bisa Disalahgunakan 

Stalkerware bisa mengintip banyak hal pribadi dari korban, seperti pesan, daftar panggilan, lokasi GPS, foto dan video yang ada di dalam perangkat. Dilansir dari Kaspersky, banyak dari aplikasi ini yang bisa mengambil gambar layar atau menyalakan kamera tanpa sepengetahuan orang yang dipantau. 

Satu hal yang lebih mengkhawatirkan adalah beberapa aplikasi stalkerware menyimpan data korban di dalam server mereka meski pengguna sudah meminta untuk menghapusnya. Akibatnya, informasi pribadi itu tetap rawan dicuri atau disalahgunakan oleh orang yang tidak bertanggung jawab. 

  1. Rentan Terhadap Serangan Siber 

Berdasarkan laporan dari Threatpost, banyak aplikasi stalkerware yang biasa digunakan untuk memata-matai orang lain dan ternyata mempunyai kelemahan keamanan yang bisa dimanfaatkan oleh peretas. Penelitian dari ESET menemukan lebih dari 150 masalah keamanan di 58 aplikasi stalkerware yang ada di pasaran. Kelemahan ini memungkinkan para penyerang mengambil kendali perangkat korban, mencuri informasi pribadi dan menjalankan perintah berbahaya dari jarak jauh. 

Selain itu, TechCrunch melansir bahwa beberapa perusahaan stalkerware pernah mengalami kebocoran data besar. Di tahun 2025, perusahaan seperti Cocospy dan Sypic ketahuan membocorkan lebih dari 2,65 juta alamat email pengguna dan data penting lainnya. Ini menunjukkan kalau stalkerware tidak hanya beresiko bagi orang yang dimata-matai, tapi juga membahayakan orang yang menggunakannya. 

  1. Legalitas yang Meragukan 

Meski banyak aplikasi stalkerware yang mengaku dibuat untuk mengawasi anak atau karyawan, banyak tempat menganggap penggunaanya melanggar privasi. Sebagian besar negara tidak memberikan izin penggunaan aplikasi ini tanpa persetujuan jelas dari orang yang diawasi. 

Di Amerika Serikat sendiri, Federal Trade Commission (FTC) sudah melarang penjualan beberapa aplikasi stalkerware yang terbukti digunakan untuk hal-hal ilegal. Meski begitu, karena aturan hukumnya masih belum sepenuhnya jelas, aplikasi semacam ini masih bisa ditemukan pada berbagai situs atau platform pihak ketiga. 

  1. Menimbulkan Resiko Kejahatan Digital 

Berdasarkan laporan dari Corrata, aplikasi stalkerware sering dimanfaatkan dalam hubungan yang penuh kekerasan sebagai cara untuk mengendalikan korban. Pelaku kekerasan di dalam rumah tangga biasanya memasang aplikasi untuk mengawasi setiap aktivitas korban serta mengatur hidup mereka. Hal tersebut membuat keadaan semakin sulit karena menambah beban mental bagi korban. 

Tidak hanya itu, beberapa aplikasi stalkerware juga dapat digunakan untuk membuat bukti palsu yang merugikan korban di mata hukum. ESET menjelaskan, penyerang bisa memanfaatkan kelemahan keamanan di dalam aplikasi ini untuk memasukkan bukti digital yang tidak benar ke dalam perangkat korban. Ini tentu sangat berbahaya dan memperumit situasi. 


  1. Sulit Dideteksi dan Dihapus 

Banyak aplikasi stalkerware yang dirancang supaya tidak terlihat di perangkat korban. Mereka sering menyamar sebagai aplikasi biasa seperti kalkulator atau manajer file. The New York Times melaporkan bahwa beberapa aplikasi memungkinkan penggunanya mengganti ikon aplikasi dengan tampilan yang lebih mencurigakan. 

Lebih dari itu, proses penghapusan aplikasi stalkerware tidak selalu mudah. Di dalam beberapa kasus, aplikasi ini bisa memberitahu penginstallnya jika ada upaya untuk menghapusnya. Maka dari itu, jika mencurigai keberadaan aplikasi ini di perangkat, sebaiknya berkonsultasi dengan pakar keamanan sebelum akhirnya menghapusnya. 

Aplikasi stalkerware memang menawarkan kemampuan pengawasan yang lebih luas, tapi resiko yang ditimbulkannya juga lebih besar dibandingkan dengan manfaatnya. Dari kebocoran data, penyalahgunaan informasi pribadi dan ancaman kejahatan digital, penggunaan aplikasi stalkerware lebih banyak membawa dampak negatif. Maka dari itu, lebih baik menghindari penggunaan aplikasi ini dan mencari solusi pengawasan yang lebih legal dan etis. 

Kalau menurut kamu bagaimana? Apakah aplikasi stalkerware layak digunakan dengan segala resiko berbahaya yang akan didapatkan? Semoga penjelasan di atas bisa bermanfaat! 

Also Read

Bagikan:

Tags

Tinggalkan komentar