4 Daftar Bisnis yang Pecah Kongsi di Indonesia 

Anggi Novita Sari

Daftar Bisnis yang Pecah Kongsi di Indonesia 

KadjiroMenjalankan bisnis secara konsisten selama puluhan tahun mungkin merupakan pekerjaan yang sangat sulit sebagian pengusaha. Apalagi jika dikelola bersama dengan rekan atau partner bisnis. 

Pasalnya, di setiap orang pasti mempunyai pemikiran dan isi kepala yang berbeda-beda. Sehingga, terkadang terjadi beda pendapat di dalam menjalankan sebuah bisnis. 

Bahkan, tidak jarang hal tersebut mengakibatkan bisnis terpaksa pecah kongsi. Di dalam bisnis, pecah kongsi merupakan situasi ketika pemilik bisnis berpisah dan menjalankan bagian usahanya sendiri-sendiri. 

Di Indonesia sudah banyak contoh bisnis yang pernah pecah kongsi karena berbagai alasan. Bagi yang penasaran, simak penjelasan ini sampai dengan selesai, ya. 

Daftar Bisnis yang Pecah Kongsi di Indonesia 

Ada 4 bisnis yang pecah kongsi di Indonesia, yaitu : 

  1. Ayam Goreng Suharti 

Ayam Goreng Suharti adalah salah satu merek ayam goreng terkenal di Indonesia dan ada di sejumlah daerah. Namun, bisnis Ayam Goreng Suharti diketahui pecah kongsi sejak puluhan tahun lalu. Itulah sebabnya saat ini ada dua merek Ayam Goreng Suharti dengan logo yang berbeda. 

Bisnis ini bermula dari Suharti yang sudah mulai berjualan ayam goreng pada tahun 1962 di Yogyakarta dari rumah ke rumah. Suharti dan suaminya, Sachlan akhirnya membuka rumah makan Ayam Goreng Ny. Suharti pertama di JL. Adi Sucipto No.208, Yogyakarta. 

Seiring berjalannya waktu, mereka terus mengembangkan bisnis dengan membuka beberapa cabang di Jakarta, Bandung, Semarang dan Bali. Namun, ternyata Suharti dikhianati oleh suaminya sendiri. 

Sachlan yang namanya tercatat sebagai pemilik justru membawa kabur semua bisnis yang sudah dibangun bersama dengan Suharti sejak awal termasuk semua cabang. Kabarnya, hal ini diduga karena adanya orang ketiga. 

Meski begitu, Suharti tidak patah semangat. Pada tahun 1991, Suharti mulai membangun bisnisnya kembali dengan nama yang sama tapi dengan logo yang tidak mungkin ditiru oleh orang lain. 

Suharti menggunakan fotonya sendiri sebagai logo Ayam Goreng Ny. Suharti. Hingga kini, kita masih bisa menjumpai dua merek Ayam Goreng Suharti di beberapa kota. 

  1. Larutan Penyegar Cap Badak dan Cap Kaki Tiga 

Larutan Penyegar Cap Badak dan Cap Kaki Tiga merupakan dua brand minuman yang sudah familiar bagi banyak masyarakat Indonesia. Ternyata, kedua brand ini mempunyai cerita pecah kongsi pemiliknya. 

Jika ditarik garis sejarahnya, kehadiran merek minuman ini berawal dari Wen Ken Drug (WKD), pengusaha asal Singapura yang membuat brand Cap Kaki Tiga di tahun 1937. Dia ingin melebarkan sayap bisnisnya dengan cara memasarkan produknya ke Indonesia. 

Caraya adalah menjalin kerjasama dengan perusahaan lokal. WKD bekerja sama dengan PT. Sinde Budi Sentosa (SBS) di tahun 1978. Perusahaan SBS ini akan memproduksi dan memasarkan produk Cap Kaki Tiga di Indonesia. 

Namun setelah puluhan tahun menjadi partner, ternyata WKD dan SBS resmi pecah kongsi pada tahun 2008. Menurut pihak WKD, mereka dikhianati secara terstruktur untuk merusak pasar Cap Kaki Tiga. 

Ada beberapa praktis yang diduga dilakukan oleh SBS, seperti tidak mendaftarkan etiket dagang, tidak membayar royalti tepat waktu dan menghilangkan logo kaki tiga pada kemasan. Kedua pihak juga sempat berseteru mengenai perebutan kekayaan intelektual hingga saling gugat di pengadilan. 

  1. Holycow 

Salah satu restoran steak terkenal di Indonesia, Holycow ternyata juga saat ini mempunyai dua entitas dengan pemilik yang berbeda. Afit Dwi Purwanto merupakan sosok di balik awal mula berdirinya restoran Holycow. 

Afit mendirikan Holycow pada Desember 2009 di Jalan Radio Dalam Jakarta atau tepatnya di depan sebuah bengkel kaca mobil. Holycow didirikan oleh Afit dan istrinya, Lucy Wiryono dan Wanda serta Wynda. Hanya butuh 6 bulan sebelum mereka membuka gerai permanen di daerah Senopati. 

Namun, terjadi perbedaan visi dan misi diantara pemilik Holycow yang menyebabkan mereka memutuskan pecah kongsi pada Mei 2022. Afit sepakat tidak melanjutkan kerja sama dengan mitra bisnisnya dan menjalankan merek Holycow masing-masing. 

  1. Tempo Gelato 

Bagi yang tinggal atau pernah berkunjung ke Jogja, merek es krim Tempo Gelato pasti sudah tidak asing lagi. Namun, bisnis Tempo Gelato ini sempat mengalami perseteruan antara sang pemiliknya. 

Kisahnya berawal dari Pascal Briere, Ema Susmiyarti dan Rudi Festraets yang mendirikan Tempo Gelato pada tahun 2015 lalu. Mereka mendirikan UD Bangun Jaya Abadi dan mendapatkan tempat di Jalan Prawirotaman, Yogyakarta. 

Seiring berjalannya waktu, bisnis mulai berkembang dan mereka membuka cabang di beberapa lokasi seperti Jl. Kaliurang dan Jl. Taman Siswa. Mereka juga mendirikan PT PMA bernama Tempo Gelato Indonesia, tapi gagal karena tidak lolos izin. 

Modal yang disiapkan oleh ketiganya sudah terlanjur beku di Bank Niaga. Pihak Rudi juga kecewa dan merasa tidak mendapatkan pembagian profil lagi sejak tahun 2018. Bahkan, Rudi juga kecewa bahwa Ema dan Pascal justru membuka cabang baru di Tamansiswa. 

Namun, Ema membantah semua anggapan Rudi mengenai bisnis ini. Mulai dari PT PMA yang sebenarnya belum berjalan sama sekali, hingga penutupan gerai karena tidak mempunyai izin usaha dan kurangnya area parkir

Perseteruan antara Pascal, Ema dan Rudi ini sempat ramai kembali di saat Rudi mengambil paksa dapur Tempo Gelato di Jalan Kaliurang. Rudi akhirnya sempat mengambil nama alternatif, yaitu II Tempo Del Gelato. Saat ini, kamu bisa berkunjung ke Tempo Gelato yang ada di Jl. Kaliurang dan Jalan Prawirotaman. 

Nah, itulah dia daftar bisnis yang pecah kongsi di Indonesia. Apakah ada merek yang sering kamu beli? 

Also Read

Bagikan:

Tags

Tinggalkan komentar